MAKALAH
MEMAKMURKAN
BUMI ATAU ALAM DAN MELESTARIKAN LINGKUNGAN
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini, makalah
ini merupakan salah satu dari tugas mata pelajaran pendidikan Agama Islam.
Dalam
penyelesaian makalah ini yang berjudul “Memakmurkan Bumi atau Alam dan
Melestarikan Lingkungan ”. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada
guru pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Semoga
dengan selesainya makalah ini dapat memberikan manfaat pada penulis khususnya
dan seluruh pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI
.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1
Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3
Tujuan Makalah.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
A. Kewajiban Manusia Memelihara dan
Memakmurkan Bumi………………..
2.1
Kondisi Lingkungan Saat Ini..................................................................... 3
2.2
Pandangan Al Qur’an yang Berkaitan dengan Lingkungan .................... 4
B.
Melestarikan Lingkungan..............................................................................
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 18
3.1
Simpulan.................................................................................................... 18
3.2
Saran.......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1)
Menyelesaikan tugas mengenai Cara Memakmurkan Bumi atau Alam dan
Melestarikan Lingkungan.
2)
Menambah pengetahuan mengenai materi
tersebut.
3)
Membagi ilmu dengan orang lain.
4)
Mendapat nilai yang memuaskan.
1.2 Rumusan Masalah
1)
Jelaskan
Mengenai Kewajiban Manusia Memelihara dan Memakmurkan Bumi?
2)
Bagaimana
Manusia dalam Melestarikan Lingkungan ?
1.3 Tujuan
Diharapkan para pembaca bisa memahami Cara Memakmurkan Bumi atau Alam dan
Melestarikan Lingkungan dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KEWAJIBAN
MANUSIA MEMELIHARA DAN MEMAKMURKAN ALAM
Dewasa
ini perubahan musim tidak stabil, menurut perhitungan mestinya musim penghujan,
ternyata yang terjadi di beberapa belahan bumi malah kemarau panjang. Istishqa’
pun dilakukan tapi hujan tak kunjung datang begitu pula sebaliknya. Ketika
musim hujan datang disertai sambaran petir yang mengerikan, banjir pun tak
terelakkan. Longsor dimana-mana, gelombang, ombak dan badai datang mengamuk
membawa sejuta korban.
Begitu
pula, ketika kemarau berkepanjangan bahwa bumi menjadi kering-kerontang. Air
bersih susah didapatkan, kebakaran hutan di mana-mana, karenanya negara kita
menjadi “eksportir asap ke negara tetangga”. Kejadian ini sepertinya sudah
menjadi biasa, dari tahun ke tahun tak pernah luput, dari musim ke musim tak
pernah berhenti. Kebakaran hutan sepertinya dibiarkan. Hal ini pula sebagai
salah satu penyebab dari pemanasan global yang dapat menimbulkan keresahan bagi
manusia dan juga makhluk lainnya.
Tak
satu pun bangsa di dunia ini yang luput dari bencana, yang pada akhirnya
mengancam kehidupan dan peradaban manusia. PBB sebagai induk dari semua
organisasi di dunia dengan lantang menyeru semua bangsa melalui konferensi tingkat tinggi di Riyod Inoyro pada
bulan Juni 1992. Dihadiri tidak kurang dari 154 kepala negara, mereka sepakat
untuk berkomitmen dengan hasil-hasil pertemuan itu, muncullah statment
“Deklarasi Bumi”. Sejak itu banyak konferensi antar bangsa yang ditanda tangani
kepala negara untuk menjaga dan memelihara bumi dari kerusakan. Misalnya,
konferensi Basel, konferensi Saytos dan yang terakhir pada tanggal 3 sampai 13
Desembar 2007 dilaksanakan di Indonesia tepatnya di pulau Dewata yang
menghasilkan komitmen “Bali Road Make”
Kita
sebagai warga dunia, sebagai penghuni bumi tentu tak boleh mengabaikan
persoalan yang menyangkut kelangsungan hidup manusia dan lingkungannya, karena
itu penulis mengajak ikhwan fillah untuk ikut merasakan dan memikul tanggung
jawab masalah tersebut. Menyadari pentingnya hal ini, perkenankan penulis
meyampaikan Syarahan Al-qur’an dengan topik bahasan
“KEWAJIBAN
MANUSIA MEMELIHARA DAN MEMAKMURKAN ALAM”,
Sebagai pijakan dasar,
mari kita perhatikan Al-qur'an surah
al-Hijr ayat 19-20 :
وَاْلأَرْض مَدَدْنَاهَا
وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ شَىْءٍ مَّوْزُونٍ{19}
وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ وَمَن لَّسْتُمْ لَهُ بِرَازِقِينَ{20}
19. Dan Kami telah
menghamparkan bumi dan Kami pancangkan padanya gunung-gunung serta Kami
tumbuhkan di sana segala sesuatu menurut ukuran.
20. Dan Kami telah
menjadikan padanya sumber-sumber kehidupan untuk keperluanmu, dan (Kami
ciptakan pula) makhluk-makhluk yang bukan kamu pemberi rezekinya.
Pesan
penting dari ayat tersebut seperti dilampir dalam tafsir al-Munir al-Aqidah
wasy-syari’ah wal Manhaj buah karya Shaikh Wahbah Az-zuhairi pada juz 7 halaman
329, mengatakan bahwa maksud dari ayat ini adalah “sesungguhnya Allah telah
menjadikan bumi terbentang luas dengan segala sumber penghidupan diberikan
kepada manusia untuk dimanfaatkan dengan ukuran yang pas sesuai pertimbangan
hikmah dan kemaslahatan”
Sungguh
Allah Maha Bijaksana, 15 abad yang lalu telah Allah pesankan ketika tentang
kelestarian ekologi yang pada abad ini manusia baru menyadari. Dalam ayat tadi
Allah mengatakan satu prinsip bahwa, penciptaan alam raya, termasuk lingkungan
kosmos manusia, tanah, air dan udara telah ditentukan qadar-qadar ukuran yang
seimbang atau mauzun. Dengan keseimbangan itu, anak manusia dapat menjalani
hidupnya di muka bumi, tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu dengan tenang,
harmonis tanpa bencana dan ancaman yang berarti. Moral, budi adalah tempat
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya (wal ardla wa dla‘aha
lil’anam).
Pesan
norma yang dibebankan kepada sekalian anak manusia adalah keharusan menjaga dan
melestarikannnya, dengan kata lain Islam telah memberikan spirit protektif
dengan cita-cita etik, kepada manusai demi pelestarian ekologi.
Sebagai
khalifah di bumi hubungan manusia dengan bumi bukanlah antara penakluk dengan
yang ditaklukkan, antara tuhan dengan hamba ataupun antara subjek dengan
objeknya, melainkan hubungan kebersamaan dalam keteguhan kepada Allah Swt.
Dalam artian, setiap pengrusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai
penghianatan terhadap diri manusia itu sendiri. Karenanya melindungi dan
merawat bumi menurut Fachrudin Ar-razi dalam kitabnya “Mawatihul al-Ghaib” merupakan suatu kewajiban setiap muslim yang
menjadi tujuan universal syri’at Islam. Bahkan Yusuf Qordawi dalam kitabnya
“Lil ayatul bid’ah fi syari’atul Islam” menempatkan pemeliharaan lingkungan terhadap bagian
maqami’usy-syariah.
Kini
yang terjadi di muka bumi yang membuat semua mata terbelalak, berita di
surat-surat kabar bagitu gempar. Di sini ada penyebab akibat pemanasan global.
Pemanasan global menjadikan lapisan ozon rusak sampai bocor. Ditambah lagi
penggundulan hutan dan penebangan liar secara maraknya dilakukan oleh manusia
yang dapat menimbulkan kerusakan ekologi manusia.
Persoalannya
“bagaimana mengatasi persoalan ini?... bukankah Rasulullah Saw. pernah
mengajarkan kita tentang rasa sayang dan cinta terhadap lingkungan?... Saat
kembali dari perang Tabuk menuju Madinah seraya menuju gunung Uhud beliau
berkata: “Inilah adalah toa dan ini adalah Uhud, gunung yang mencintai kita dan
kita mencintainya (riwayat Muttafaq ‘Alaih)”. Dalam periwayatan lain,
Rasulullah secara bijak berwasiat kepada para sahabat: “Barang siapa menanam
pohon hingga berbuah etika pahala sedekah sampai hari kiamat.
Tugas
manusia di muka bumi ini tidak lain adalah untuk memelihara dan memakmurkan
bumi, mensejahterakan umat manusia sendiri lebih-lebih lingkungannya sebagai
tempat tinggal dan menetap. Sebagaimana terurai di dalam al-Qur’an surat Huud
ayat 61 :
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ
صَالِحًا قَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنشَأَكُم
مِّنَ اْلأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ
إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ {61}
Dan
kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata:"Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Ilah selain Dia. Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya, karena itu
mohonlah ampunan-Nya kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbku amat
dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do'a hamba-Nya)".
Demikianlah
firman Allah yang yang menginformasikan kepada kita bahwa manusia diciptakan
dari tanah dan ditugasi untuk memakmurkan alam atau bumi ini. Karena itu dalam
bidang ilmu pengetahuan alam kita mengenal istilah alam biotiks (alam raya) dan
alam abiotis (berupa moral manusia). Kerusakan alam biotiks biasanya berawal
dari kerusakan alam abiotis yakni moral manusia. Ancaman kerusakan tersebut
merupakan sebuah bukti yang harus kita renungkan, kita fikirkan, kita cermati
untuk kita antisifasi agar saat ini maupun kelak tidak lagi terjadi kerusakan
alam. Rasulullah saw bersabda : “Sayangilah oleh kamu sekalian segala apa yang
ada di muka bumi ini niscaya yang di atas (Allah) akan menyayangimu.”
Apabila
sikap ini kita aplikasikan maka Allah Swt. menjamin kemakmuran alam raya yang
kita miliki sehingga kita jauh dari petaka, terhindar dari bencana tapi dekat
dengan nikmat dan barakat dari Allah Swt yang Maha Qudrat.
Dengan
demikian, dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa alam akan berdaya guna jika
dipelihara, namun akan menimbulkan petaka jika dirusak. Bentuk perusakan alam
adalah dengan memperbanyak maksiat dalam hidup dan penghidupan manusia. Oleh
karena itu, dalam rangka mengelola alam ini kita hindari diri kita
masing-masing dari perbuatan-perbuatan maksiat, baik terhadap diri sendiri,
terhadapa alam raya , terlebih kepada Allah Swt.
Semoga
Allah memberikan kekuatan kepada kita dalam mengemban amanah sebagai khalifah
di muka bumi ini terutama dalam mengelola alam, dan memberikan keberkahan
kepada bangsa ini serta negara kita menjadi Negara yang baldatun Toyyibatun
warabbun Ghofur, amin ya rabbal ‘alamin.
2.1 Kondisi Lingkungan Pada
Masa Ini
Masalah lingkungan hidup dewasa ini
telah menjadi isu global karena menyangkut berbagai sektor dan berbagai
kepentingan umat manusia. Hal ini terbukti dengan munculnya
isu-isu kerusakan lingkungan yang semakin santer terdengar. Diantaranya isu efek rumah kaca, lapisan ozon yang menipis, kenaiakan suhu udara, mencairnya
es di kutub, dll. Mungkin sebagian besar orang baru menyadari dan merasakan
akan dampak tingkah lakunya di masa lampau yang terlalu berlebihan
mengeksploitasi alam secara berlebihan.
Kerusakan lingkungan yang terjadi
saat ini bisa dikatakan telah menyebar di berbagai belahan dunia. Khususnya
Indonesia yang memiliki potensi alam yang sangat melimpah. Dengan potensi alam
yang sedemikian melimpahnya telah membuat orang-orang berusaha untuk mengolah
secara maksimal. Bahkan potensi alam tersebut dapat menarik masuk
investor-investor asing untuk berbisnis di negeri ini. Dengan adanya potensi
yang begitu melimpahnya memang kita akui dapat membantu memajukan perekonomian
negara, tapi di sisi lain keadaan ini dapat membuat orang untuk
mengeksploitasinya secara maksimal untuk kepentingan pribadi. Inilah yang kita
takutkan, akan banyak pengusaha yang bergerak disektor pengolahan lingkungan
yang tidak mengindahkan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Mungkin
saat ini kita tidak sadar bahwa sebenarnya kita telah terbawa oleh sistem
kapitalisme. Kapitalisme telah memperhadapkan umat manusia kepada problem
kerusakan sumber daya alam dan lingkungan. Di dorong motif kepentingan diri
(self-interest), kebebasan (fredom), dan kompetisi tak bermoral, rezim
kapitalisme telah berhasil mendudukan alam sebagai objek eksploitasi tanpa
batas.[1][1] Perubahan sistem ekonomi dengan
adanya liberalisasi perdagangan telah disinyalir turut mempercepat kerusakan
dan pencemaran di bumi. Dalam perdagangan bebas, pakar ekonomi akan selalu
bangga dan optimis terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan ini mengindikasikan
adanya peningkatan kapasitas penggunaan sumber daya alam. Peningkatan pengolahan sumber daya
alam tentunya dapat memunculkan kerusakan lingkungan. Tentunya keruskan itu
kelak akan menjadi sumber bencana alam akibat ulah manusia.
Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup
sebagian besar adalah hasil perbuatan
manusia. Karena manusialah yang diberi
tanggung jawab sebagai khalifah di bumi. Manusia mempunyai daya inisiatif dan
kreatif, sedangkan
makhluk-makhluk lainnya
tidak memiikinya. Kebudayaan manusia makin lama makin maju sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengtahuan dan
teknologi. Sejalan dengan kemajuan tersebut, perkembangann persenjataan dan
alat perusak lingkungan
makin maju pula.
Kerusakan lingkungan diperparah lagi dengan
banyaknya kendaraan bermotor, dan pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran
udara atau polusi. Pencemaran tersebut membahayakan keselamatan hidup manusia
dan kehidupan sekelilingnya. Limbah-limbah pabrik sering kali dibuang seenaknya
ke sungai yang akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula kapal-kapal tanker yang
membawa minyak sering mengalami kebocoran, sehinggga minyaknya tumpah ke laut.
Akibatnya, air sungai dan laut beracun yang menyebabkan mati atau tercemarnya
ikan dengan zat beracun.
Indonesia adalah salah satu negara yang
paling sering dilanda bencana karena ulah masyarakatnya. Sungguh ironis ketika Indonesia yang memiliki
penduduk mayoritas umat Islam telah mencatat sejarah kehancuran alamnya[2][2], seperti bencana banjir bandang,
tanah longsor, kekringan, dll. Pemerintah yang diharapkan dapat
memberikan jalan keluar dari persoalan ini malah mengeluarkan kebijakan yang
aneh.[3][3] Padahal dalam Al-Qur’an banyak
terdapat ayat-ayat yang membahas lingkungan dan cara memanfaatkannya. Apakah
umat Islam mayoritas saat ini telah meninggalkan agamanya dan melupakan sumber
ajarannya. Apakah mayoritas muslim saat ini telah menjadi orang-orang yang
hedonis dan materialistik. Inilah yang menjadi masalah kita bersama sebagai umat
Islam.
Mungkin
selama ini manusia terlau jumawa dengan kemampuan yang mereka miliki untuk
mengolah lingkungan yang ada. Padahal seharusnya manusia sebagai makhluk yang
dimulyakan dengan akal, seharusnya mampu berbuat apapun asalkan dalam memegang
amanah dan tanggung jawab dalam mengolah bumi. Dominasi manusia terhadap alam
memang menjdai suatu fitrah. Kelebihan karunia yang diberikan Allah SWT ,
tersirat dalam kalamnya :
Dan sesungguhnya telah kami muliakan
anak-anak Adam , Kami angkut mereka di daratn dan di alautan, Kami beri merka
rezeki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan “ (Q.SS Al-Isra’ (17);(70)
Keutamaan
yang sempurna dari kebanyakan mahluk lain ialah karunia akal yang dimiliki
manusia. Dengan akal fikirannya, manusia mampu menaklukan segala apa yang ada
di alam untuk keperluan dirinya. Dengan adanya kenikmatan akal yang luar biasa
terebut menjadi sangat berbahaya jika pada akhirnya mereka tidak menjadi
khalifah yang amanah. Parahnya, keadaan seperti inilah yang sekarang sedang
terjadi.
Dapat disimpulkan bahwa kerusakan yang
terjadi saat ini merupakan akibat dari keserakahan manusia yang memilih cara pintas
mengeksploitasi lingkungannya secara
habis-habisan atau besar-besaran. Oleh karena itu,
sejak awal Allah
telah memperingatkan adanya akibat ulah manusia tersebut yaitu sebagai
motivasi, Allah manjanjikan kebahagiaan akhirat bagi orang yang tidak berbuat
kerusakan.
Seharunya umat islam menjaga lingkungannya sesuai dengan firman Allah SWT :
“Dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya
rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”( QS Al-Araf: 56 )
Seharusnya
kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran Al-qur’an dalam hal mengolah
lingkungan. Supaya
kita dapat lebih bijak dan bertanggung jawab. Sehingga nantinya dengan
sendirinya akan lahirlah prinsip pembangunan berkelanjutan atau pembangunan
berwawasan lingkungan.
2.2 Pandangan Al-Qur’an yang
Berkaitan Dengan Lingkungan
Al-Qur’an
sebagai kitab suci agama Islam di dalamnya banyak terangkum ayat-ayat yang
membahas mengenai lingkungan, seperti perintah untuk menjaga lingkungan,
larangan untuk merusaknya, dll. Seperti yang akan di bahas berikut ini.
1. Alam Adalah Kenyataan yang Sebenarnya
Allah telah menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya.
Alam semesta yang indah ini adalah benar-benar hadir dan sekaligus merupakan
salah satu bukti keagungan penciptanya. Allah juga telah menciptakan
hukum-hukumnya yang berlaku umum yang menunjukkan ke Maha Kuasaan-Nya dan
Keesaan-Nya. Langit dan bumi serta segala isinya diciptakan Allah secara serasi
dan teratur.[4][1] Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
“Dan Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar dan (Dialah juga) pada
masa (hendak menjadikan sesuatu) berfirman : "Jadilah", lalu
terjadilah ia. Firman-Nya itu adalah benar dan bagi-Nyalah kuasa pemerintahan
pada hari ditiupkan sangkakala. Dia yang mengetahui segala yang ghaib dan yang
nyata dan Dialah Yang Maha Bijaksana, lagi Maha mendalam pengetahuan-Nya.” (QS.
Al-An’am : 73)
Jadi alam raya ini dalam pandangan Islam merupakan kenyataan
yang sebenarnya. Pandangan ini berbeda dengan penganut aliran Idelisme yang
menyatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi yang rill dan obyektif,
melainkan semu, palsu, ilusi, dan maya, atau sekedar emanasi[5][1] atau pancaran dari dunia lain yang
kongkrit yang disebut dunia ideal.
.“Dan Kami tidak
menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang
demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang
kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS. As-Shadd : 27)
Pandangan Islam juga berbeda dengan
penganut aliran materialism. Aliran materialism memang menyatakan bahwa alam
ini benar-benar ada, riil, dan obyektif. Namun eksistensi alam ini dalam dugaan
aliran materialism adalah ada dengan sendirinya.[6][1] Sedangkan menurut pandangan Islam,
alam raya ini diciptakan oleh Allah atau Tuhan YME. Allah yang menciptakan
sekaligus memelihara alam ini serta mengatur segala urusannya.
“Katakanlah : “Sesungguhnya patutkah kamu
kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu
bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan Dia
menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya
dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam empat
masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia
berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka
hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan
bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Fusshilat : 10-12)
Pada
ayat-ayat diatas Allah mengemukakan bukti-bukti kekuasaan dan ke-Esaan-Nya
dalam menciptakan langit dan bumi, menghiasi langit dengan bintang-bintang yang
tak terhingga banyaknya. Dia mengetahui segala sesuatu, tidak sesuatupun yang
luput dari pengetahuan-Nya itulah Tuhan yang berhak disembah. Tuhan yang
menciptakan, menguasai , mengatur, memelihara kelangsungan adanya dan yang
menentukan akhir keadaan semseta ini.
2. Tanggung Jawab Manusia terhadap Lingkungan
Manusia
adalah makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT, untuk tinggal di bumi,
beraktifitas dan berinteraksi dengan lingkungannya dengan masa dan relung waktu
terbatas. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah : 36
“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan
dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu!
sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman
di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
“...dan bagimu ada tempat kediaman di bumi, kesenangan hidup
sampai waktu yang ditentukan.”
Kediaman di muka bumi diberikan Allah kepada manusia sebagai
suatu amanah. Maka manusia wajib memeliharanya sebagai suatu amanah. Manusia
telah diberitahu oleh Allah bahwa mereka akan hidup dalam batas waktu tertentu.
Oleh karena itu manusia dilarang keras berbuat kerusakan.
Dengan kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini,
sebenarnya manusia telah diberi tanggung jawab besar, yaitu diserahi bumi ini
dengan segala isinya.
“Dialah Allah yang menjadikan segala
yang ada di bumi unutk kamu, dan Dia berkehendak menuju langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. Q.S.
Al-Baqarah :29
Dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa Allah telah
menganugrahkan karunia yang besar kepada manusia, menciptakan langit dan bumi
untuk manusia, untuk diambil manfaatnya, sehingga manusia dapat menjaga
kelangsungan hidupnya dengan menjaga alam dan agar manusia berbakti kepada
Allah penciptanya,kepada keluarga, dan masyarakat.
Apa yang telah ditegaskan Allah dalam dalam
firman-firman-Nya di atas adalah untuk mengingatkan manusia agar bersyukur.
Karena walaupun manusia diciptakan melebihi makhluk lainnya, manusia tidak
mampu memenuhi keperluannya sendiri tanpa bahan-bahan yang disediakan. Hal ini
perlu disadari oleh manusia, sebab tanpa memiliki rasa dan sikap syukur kepada
Allah, maka manusia cenderung akan merusak.
Dalam konteks mensyukuri nikmat Allah atas segala sesuatu
yang ada di alam ini untuk manusia, menjaga kelestarian alam bagi umat Islam
merupakan upaya untuk menjaga limpahan nikmat Allah secara berksinambungan.
Sebaliknya, membuat keruskan di muka bumi,akan mengakibatkan timbulnya bencana
terhadap manusia. Allah sendiri membenci orang-orang yang membuat kerusakan di
muka bumi. Firman Allah :
“Dan carilah pada apa yang telah
dianugrahkan Allah kepadamu(kebahagiaan)negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagiamu dari ( kenikmatan ) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu
membuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”. (Q.S Al-Qashas
:77)
Begitu juga dalam mencari nafkah dan rezeki di atas muka
bumi, Allah telah menggariskan suatu akhlaq dimana perbuatan pemaksaan dan
kecurangan terhadap alam sangat dicela. Kenikamatan dunia dan akherat dapat
dikejar secara seimbang tanpa meninggalkan perbuatan baik dan menghindarkan
kerusakan dimuka bumi. Hal ini dikarenakan dapat berakibat pada terjadinya
bencana, yang kebanyakan disebabkan perbuatan manusia yang merusak alam.
Islam meberikan pandangan yang lugas bahwa semua yang ada di
bumi merupakan karunia yang harus dipelihara agar semua yang ada menjadi stabil
dan terpelihara. Allah telah memberian karunia yang besar kepada semua mahluk
dengan menciptakn gunung, mengembangbiakan segala jenis binatang dan menurunkan
partikel hujan dari langit agar segala tumbuhan dapat berkembang dengan baik.
Sebagaimana dengan Firman Allah SWT QS. Luqman : 10
“Dia meciptakan langit tanpa tiang
yang kamu melihatnyadan Dia meletakan gunung
(di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan Dia
memperkembangbiakan padanya segala macam jenis binatang. Dan kami turunkan air
hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkn padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang
baik”.
Tanggung jawab manusia menjaga kelangsungan makhluk itulah
kiranya yang mendasari Nabi Muhammad SAW untuk mencadangkan lahan-lahan yang
masih asli. Rasulullah SAW pernah mengumumkan kapada pengikutnya tentang suatu
daerah sebagai suatu kawasan yang tidak boleh digarap. Kawasan lindung itu,
dalam syariat dikenal dengan istilah hima[7][1].
Rasululloh mencadangkan hima
semata-mata untuk menjaga ekosistem suatu tempat agar dapat terpenuhi
kelestarian makhluk yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu kita hendaknya
mencontoh Rasulullah SAW dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Melihat banyaknya kandungan Al-Qur’an yang membahas perintah
menjaga lingkungan, hendaknya kita sebagi umat Islam mau menyadari dan
merenungkan apa yang terdapat dalam Al-Qur’an. Semoga dengan tumbuhnya kesadaran
umat Islam dalam beragama khusunya
tentang perintah menjaga keseimbangan alam dapat mengontrol pengolahan sumber
daya alam yang ada dengan bijak.
3. Tidak Membuat Kerusakan Lingkungan
Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup merupakan akibat
perbuatan manusia. Karena manusia yang diberi tanggungjawab sebagai khalifah di
bumi telah menyallahgunakan amanah. Manusia mempunyai daya inisiatif dan kreatif, sedangkan
makhluk-makhluk lainnya tidak memilikinya.
Kelebihan manusia yang disalahgunakan mengakibatkan
kerusakan lingkungan yang semakin bertambah parah. Kelalaian dan dominasi
manusia terhadap alam dan pengolahan lingkungan yang tidak beraturan membuat
segala unsur harmoni dan sesuatu yang tumbuh alami berubah menjadi kacau dan
sering berakhir dengan bencana.
Dalam firman Allah Q.S Ar-Ruum ayat 41. Sesungguhnya Allah telah menetapkan
dan menggambarkan akibat dari kedurhakaan manusia terhadap syariat. Manusia
hanya bisa menguras dan menggali isi bumi saja tanpa memperhatikan dampaknya. Maka terjadilah bencana dan
kerusakan di atas muka bumi. Padahal semua itu, menurut Yang Maha Kuasa, adalah
akibat dari tangan-tangan manusia itu sendiri:
“Telah
tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).( QS.Ar-Rum : 41 )
Kerusakan yang terjadi sebagai akibat keserakahan manusia,
ini disebabkan manusia mempertaruhkan hawa nafsunya, tidak mempedulikan
tuntunan Allah. Sebagaimana dengan yang terkandung dalam Firman Allah SWT :
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung
sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakn apa yang
telah diperintahkan Allah itu , niscaya
akn terjadi ke kekacuan di muka bumi dan kerusakan yang besar”. Q.S
Al-Anfal 73
Orang-orang yang berbuat kerusakan dapat digolongkan sebagai
orang-orang munafik atau fasik, sesuai dengan Firman Allah :
“Dan bila dikatakan kepada mereka “ Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi”,merka menjawab:”sesungguhnya kami orang yang mengdakan perbaikan”.
Ingatlah sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi
mereka tidak sadar”. Q.S Al-Baqarah 11-12
Apabila mereka diperingatkan mereka akan membantah bahkan
menganggap dirinya yang membawa kebaikan. Apabila diajak untuk kembali ke jalan
kebenaran merka tidak mendengarnya dan mengabaikannya. Hal ini
terbukti dengan kokohnya perusahaan-perusahaan asing yang berada disektor
pengolahan alam dari tekanan pemerintah karena terjerat persoalan perusakan
lingkungan.[8][1] Persoalan-persoalan tersebut juga terdapat dalam Firman Allah Surat
Al-Baqarah ayat 6-7 :
“Sesungguhnya
orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu
beri peringatan mereka tidak akan beriman”. (Ayat 6)
“Allah telah mengunci
mata hati dan pendengaran mereka dan penglihatan merekaditutup. Dan bagi merka
siksa yang amat berat”. (Ayat 7)
Sesungguhnya
Allah telah melarang manusia membuat kerusakan di muka bumi ini. Seperti yang
terdapat dalam Firman Allah di bawah ini:
“......... Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Tuhan memperbaikinya”
Q.S Al-A’raf:85
Kerusakan
yang terjadi selama ini tidak lain karena
manusia telah diperbudak oleh sistem yang kapital dan juga tumbuhnya
sifat materalistik hedonistik, sehingga berusaha sebisa mungkin mengeksploitsi
alam secara maksimal dengan tidak mengindahkan prinsip pembangunan
berkelanjutan. Hal ini karena manusia terlalu berorientasi pada keuntungan
semata. Dalam ayat lain, Allah memberi tuntunan agar manusia tidak menuruti
orang yang membuat kerusakan.
“Dan janganlah kamu mentaati perintah
orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi bumi dan
tidak mengadakan perbaikan”.( Q.S. Asy-Syu’ara 151-152).
Sebagai
motivasi, Allah telah menjajikan kebahagiaan akhirat bagi orang yang tidak
berbuat kerusakan atau bahkan melarang orang berbuat kerusakan.
“Negeri akhirat itu Kami jadikan
untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan di muka bumi, dan kesudahan
yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa”. Q.S. Al-Baqarah : 83
Demikianlah tuntunlah Allah bagaimana seharusnya kita
bersikap terhadap lingkungan hidup kita. Dan Allah telah menjanjikan pahala
yang tiada taranya bagi kita yang senantiasa memelihara dan melestarikan
lingkungan hidup serta tidak selalu membuat kerusakan.
B. MELESTARIAKAN LINGKUNGAN HIDUP
1. SURAH
AR_RUM AYAT 41-42
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا
لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
قُلْ سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ
عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ
Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (41)
Katakanlah:
"Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah)"
Isi kandungan surah
ar-rum ayat 41-42 :
Selain
untuk beribadah kepada allah. Manusia memiliki tugas dan kewajiban untuk
memenfaatkan , megelola, dan memelihara alam semesta yang telah allah ciptakan
untuk kepentingan dan kesejahteran seluruh makhluk-Nya khususnya manusia .
2.
SURAH AL-A'RAF AYAT 56-58
Al-A'raf Ayat : : 56
وَلاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ
بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفاً وَطَمَعاً إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ
الْمُحْسِنِينَ
Al-A'raf Ayat : : 57
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ
الرِّيَاحَ بُشْراً بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَاباً ثِقَالاً
سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ الْمَاء فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِن كُلِّ
الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْموْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Al-A'raf Ayat : : 58
وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ
نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَالَّذِي خَبُثَ لاَ يَخْرُجُ إِلاَّ نَكِداً كَذَلِكَ
نُصَرِّفُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ
Artinya
: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepadanya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik. Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa
berita gembira sebelum kedatangan rahma Nya (hujan) hingga apabila angin itu
telah membawa awan mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami
turunkan hujan di daerah itu.
Maka
kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti
itulah kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu
mengambil pelajaran. Dan tanah yang baik, tanam-tanamannya tumbuh dengan seizin
Allah, dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana.
Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami)bagi orang-orang yang
bersyukur.” (QS Al A’raf : 56-58)
Isi
kandungan :
Bumi
sebagai tempat tinggal dan tempat hidup manusia dan makhluk Allah lainnya sudah
dijadikan Allah dengan penuh rahmat Nya. Gunung-gunung, lembah-lembah,
sungai-sungai, lautan, daratan dan lain-lain semua itu diciptakan Allah untuk
diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh manusia, bukan sebaliknya
dirusak dan dibinasakan
Hanya
saja ada sebagian kaum yang berbuat kerusakan di muka bumi. Mereka tidak hanya
merusak sesuatu yang berupa materi atau benda saja, melainkan juga berupa
sikap, perbuatan tercela atau maksiat serta perbuatan jahiliyah lainnya. Akan
tetapi, untuk menutupi keburukan tersebut sering kali merka menganggap diri
mereka sebagai kaum yang melakukan perbaikan di muka bumi, padahal justru
merekalah yang berbuat kerusakan di muka bumi
Allah
SWT melarang umat manusia berbuat kerusakan dimuka bumi karena Dia telah
menjadikan manusia sebagai khalifahnya. Larangan berbuat kerusakan ini mencakup
semua bidang, termasuk dalam hal muamalah, seperti mengganggu penghidupan dan
sumber-sumber penghidupan orang lain (lihat QS Al Qasas : 4).
Allah
menegasakan bahwa salah satu karunia besar yang dilimpahkan kepada hambanya
ialah Dia menggerakkan angin sebagai tanda kedatangan rahmat Nya. Angin yang
membawa awan tebal, di halau ke negeri yang kering dan telah rusak tanamannya
karena tidak ada air, sumur yang menjadi kering karena tidak ada hujan, dan
kepada penduduk yang menderita lapar dan haus. Lalu dia menurunkan hujan yang
lebat di negeri itu sehingga negeri yang hampir mati tersebut menajdi subur
kembali dan penuh berisi air. Dengan demikian, dia telah menghidupkan penduduk
tersebut dengan penuh kecukupan dan hasil tanaman-tanaman yang berlimpah ruah.
3.
SURAH SAD AYAT 27
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاء
وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلاً ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ
لِّلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ
Artinya : “Dan kami
tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa
hikmah. Yang demikian adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah
orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS Sad : 27 )
Isi kandungan
Allah
SWT menjelaskan bahwa dia menjadilakn langit, bumi dan makhluk apa saja yang
berada diantaranya tidak sia-sia. Langit dengan segala bintang yang menghiasi,
matahari yang memancarkan sinarnya di waktu siang, dan bulan yang menampakkan
bentuknya yang berubah-ubah dari malam kemalam serta bumi temapt tinggal
manusia, baik yang tampak dipermukaannya maupun yang tersimpan didalamnya,
sangat besar artinya bgi kehidupan manusia. Kesemuanya itu diciptakan Allah
atas kekuasaan dan kehendaknya sebagai rahmat yang tak ternilai harganya.
Allah
memberikan pertanyaan pada manusia. Apakha sama orang yang beriman dan beramal
saleh dengan orang yang berbuat kerusakan di muka bumi dan juga apakah sama
antara orang yang bertakwa dengan orang yang berbuat maksiat? Allah SWT
menjelaskan bahwa diantara kebijakan Allah ialah tidak akan menganggap sama
para hambanya yang melakukan kebaikan dengan orang-orang yang terjerumus di
lembah kenistaan. Allah SWT menjelaskan bahwa tidak patutlah bagi zat Nya
dengan segala keagungan Nya, menganggap sama antara hamba-hambanya yang beriman
dan melakukan kebaikan dengan orang-orang yang mengingkari keesaannya lagi
memperturutkan hawa nafsu.
Mereka
ini tidak mau mengikuti keesaan Allah, kebenaran wahyu, terjadinya hari
kebangkitan dan hari pembalasan. Oleh karena itu, mereka jauh dari rahmat Allah
sebagai akibat dari melanggar larangan-larangannya. Mereka tidak meyakini bahwa
mereka akan dibangkitkan kembali dari dalam kuburnya dan akan dihimpun dipadang
mahsyar untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya sehingga mereka berani zalim
terhadap lingkungannya.
Allah
menciptakan langit dan bumi dengan sebenar-benarnya hanya untuk kepentingan
manusia. Manusia diciptakan Nya untuk menjadi khalifah di muka bumi ini
sehingga wajibuntuk menjaga apa yang telah dikaruniakan Allah SWT.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Seperti yang telah dijelaskan diatas,
bahwasanya itu semua menjadi alasan mengapa Alloh menyebutkan secara eksplisit
dalam Al-Qur’an tentang pentingnya lingkungan hidup dan cara-cara Islami dalam
mengelola dunia ini.
Kualitas
sebagai indikator pembangunan dan ajaran Islam sebagai teknologi untuk
mengelola dunia jelas merupakan pesan strategis dari Alloh SWT untuk diwujudkan
dengan sungguh-sungguh oleh setiap muslim.
Adanya bencana
lebih karena manusia melakukan ekspliotasi berdasarkan
kemauan hawa nafsunya untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya tanpa
memikirkan bencana yang ditimbulkannya. Manusia tersebut tidak mempunyai
pengetahuan mengenai ekosistem dan memandang baik perbuatannya yang salah
tersebut tanpa pengetahuan, dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai manusia yang
dzalim. Sebagaimana Allah mengingatkan :
“Tetapi
orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan, maka
siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah
bagi mereka seorang penolong pun”. (Q.S Ar-Rum 30:29)
Bahaya yang diakibatkan menurutkan kehendak nafsu sangat jelas dampaknya
pada kehancuran bumi. Hal ini dapat berupa ekspliotasi yang berlebihan dan
tidak memepertimbangkan daya dukung lingkungan,pemborosan, menguras sesuatu
yang tidak penting dan tidak efisien, bermewah-mewahan dalam konsumsi dan gaya
hidup dan seterusnya. Manusia yang melakukan cara seperti itu tentu mengelola bumi tanpa landasan dan petunjuk
Al-Khalik sesuai dengan apa yang diisyaratkan kepadanya selaku hamba Tuhan.
Syariat adalah fitrah di mana bumi hanya dapat diatur dengan ilmu syariatnya
tersebut. Bila sesuatu menyalahi fitrah, maka akibatnya dapat terjadi
kefatalan.Tanpa standar nilai-nilai syariat tersebut, manusia cenderung melihat
kebenaran menurut hawa nafsu.
B. Saran
Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini
seringkali tercermin dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti ketika
menunaikan ibadah haji. Dalam haji, umat Islam dilarang menebang pohon-pohon
dan membunuh binatang. Apabila larangan itu dilanggar maka ia berdosa dan
diharuskan membayar denda (dam). Lebih dari itu Allah SWT melarang manusia
berbuat kerusakan di muka bumi.
Hendaknya kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran agama kita dalam
mengolah lingkungan. Dengan adanya hal tersebut, seharusnya manusia menjadi
lebih bijak dalam mengolah lingkungannya. Sehingga nantinya diharapkan apabila
dalam kegiatan pengolahan lingkungan akan tumbuh pemahaman pembangunan
berwawasan lingkungan maupun spirit pembangunan berkelanjutan.
Hal diatas bukan tidak mungkin akan terealisasikan. Asalkan manusia mau
kembali kepada ajaran agama yang utuh dan dapat memahaminya. Sehingga nantinya
akan tumbuh kesadaran umat manusia dalam mengelola lingkungannnya. Sangat jelas
dalam Al-Qur’an terdapat begitu banyaknya ayat-ayat yang membahasprosedur
pengolahan alam yang bijak,perintah untuk tidak berbuat kerusakan di muka
bumi,dll.
Sungguh beruntung umat Islam memiliki kitab suci seperti Al-Qur’an. Kitab
suci ini begitu luas cangkupan pembahsannya terlebih persoalan tentang
pengolahan alam. Kami percaya jika umat Islam mau kembali kepada agamanya
dengan membuka, memahami apa yang ada di
Al-Qur’an pasti kehidupa di muka bumi ini akan lebih teratur dan tertata dengan
baik.
Daftar Pustaka
Bidhawy, Zakiyuddin. 2007. Islam Melawan Kapitalisme.
Magelang : Resist Book
Fachrudin, M.
2005. Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta : Buku Obor
Harahap,
Adnan.1997. Islam dan Lingkungan . Jakarta : Fatma Press
Prasetyo, Eko.
2008. Minggir! Waktunya Gerakan Muda Memimpin!.Yogyakarta : Resist Book
Situs :
KBBI dalam
Jaringan